Rabu, 05 September 2012

KAWRUH KEJAWEN

Banyak hal yang bisa kita ambil dari filosofi wayang. Secara tersirat empat sosok Punakawan memiliki arti filosofis yang tinggi. Dalam berbagai cerita di wayang, Punakawan adalah merupakan empat sosok yang memiliki kesetiaan tinggi pada Bendaranya (tuannya). Mereka selalu mengawal kemana pun tuannya pergi.

Sebelum kita membahas mengenai sosok Punakawan, terlebih dulu kita kupas arti dari Punakawan. Kata Punakawan juga bisa disebut Panakawan. Panakawan terdiri dari kata Pana = Memahami; Kawan: Teman. Teman dalam hal ini yang dimaksud adalah teman hidup yang senantiasa mendampingi kita. Secara tersirat, keempat sosok Punakawan itu merupakan gambaran dari pemahaman Kawruh Kejawen, Sedulur Papat, Lima Pancer. 


Keempat sosok Punakawan tersebut sangat terkenal, mereka antara lain Semar, Gareng, Petruk dan Bagong. Mereka digambarkan sangat setia mengawal kemana pun ksatria yang menjadi tuannya pergi. Tuan dari Panakawan yang sering dikawal adalah Arjuna. Umumnya, para Panakawan mengiringi kemana pun Arjuna pergi untuk melakukan tapa brata.


Pertanyaan yang muncul, jika Punakawan/Panakawan digambarkan sebagai Sedulur Papat, lalu siapa makna filosofis bagi ksatria (Arjuna) yang dikawal Punakawan itu? Simbolisasi ksatria adalah diri manusia itu sendiri yang juga disebut Pancer.


Posisi pancer berada di tengah, diapit oleh dua saudara tua (kakang mbarep, kakang kawah) dan dua saudara muda (adi ari-ari dan adi wuragil). Ngelmu sedulur papat lima pancer lahir dari konsep penyadaran akan awal mula manusia diciptakan dan tujuan akhir hidup manusia (sangkan paraning dumadi). Awal mula manusia hidup diawali dari saat-saat menjelang kelahiran. Sebelum sang bayi (pancer) lahir dari rahim ibu, yang muncul pertama kali adalah rasa cemas si ibu. Rasa cemas itu dinamakan Kakang mbarep. Kemudian pada saat menjelang bayi itu lahir, keluarlah cairan bening atau banyu kawah sebagai pelicin untuk melindungi si bayi, agar proses kelahiran lancar dan kulit bayi yang lembut tidak lecet atau terluka. Banyu kawah itu disebut Kakang kawah.


Setelah bayi lahir akan disusul dengan keluarnya ari-ari dan darah. Ari-ari disebut Adi ari-ari dan darah disebut Adi wuragil. Ngelmu sedulur papat lima pancer memberi tekanan bahwa, manusia dilahirkan ke dunia ini tidak sendirian. Ada empat saudara yang mendampingi. Seperti halnya pada agama Islam yang juga dinyatakan di Al Qur'an bahwa "Pada setiap manusia ada penjaga-penjaganya".


Pancer adalah suksma sejati dan sedulur papat adalah raga sejati. Bersatunya suksma sejati dan raga sejati melahirkan sebuah kehidupan. Hubungan antara pancer dan sedulur papat dalam kehidupan, digambarkan dengan seorang sais yang mengendalikan sebuah kereta, ditarik oleh empat ekor kuda, yang berwarna merah, hitam, kuning dan putih. Sais kereta melambangkan kebebasan untuk memutuskan dan berbuat sesuatu. Kuda merah melambangkan energi, semangat, kuda hitam melambangkan kebutuhan biologis, kuda kuning melambangkan kebutuhan rohani dan kuda putih melambangkan keheningan, kesucian. Sebagai sais, tentunya tidak mudah mengendalikan empat kuda yang saling berbeda sifat dan kebutuhannya. Jika sang sais mampu mengendalikan dan bekerjasama dengan ke empat ekor kudanya dengan baik dan seimbang, maka kereta akan berjalan lancar sampai ke tujuan akhir, Paraning Dumadi.


Dhandhanggula


1.
Ana kidung akadang premati, among tuwuh ing kawastanira, nganakaken saciptane, kakang kawah puniku, kang rumeksa ing awak mami, anekakaken sedya, pan kuwasanipun, adhi ari-ari ika, kang mayungi ing laku kuwasaneki, ngenakaken pengarah.

2.
Ponang getih ing rahina wengi, angrowangi Allah kang kuwasa andadekaken karsane, puser kuwasanipun, nguyu-uyu sembawa mami, nuruti ing panendha, kuwasanireku, jangkep kadangingsun papat, kalimane pancer wus sawiji, nunggul sawujud ingwang. 

3.
Yeku kadangingsun kang umijil, saking margaina sareng samya sadina awor enggone, sekawan kadangingsun, dadiya makdumsarpin sira, wawayangan ing dat reke dadiya kanthi, saparan datan pisah. 

Letak 'Pandawa Lima' dan 'Kurawa' di Tubuh Manusia

AJARAN Kejawen sangat sarat dengan sanepo/sanepan/perumpamaan dan juga filosofi. Setidaknya orang Jawa mesti memahami beberapa cerita wayang baik wayang kulit maupun wayang purwa. Dari kata-kata wayang saja, orang Jawa seharusnya sudah memahaminya karena wayang bermakna "wewayangan" /"ayang-ayang" (bayang-bayang). Bayangan siapa? Ya bayangan kehidupan seluruh manusia di dunia ini.

Dalam wayang terdapat beberapa filosofi seperti Pandawa yang juga sering disebut Pandawa Lima karena jumlahnya lima orang yang terdiri dari 1. Yudhistira; 2. Bima/Sena/Werkudara; 3. Arjuna/Janaka; 4. Nakula dan 5. Sadewa (Nakula dan Sadewa) disebut merupakan saudara kembar. Pandawa lima merupakan sosok penjelmaan dewa.

Disamping sosok yang berjiwa ksatrian dan merupakan penjelmaan dewa, terdapat pula filosofi sosok yang melambangkan angkara murka yang digambarkan lewat 100 sosok Kurawa/Korawa. Ke 100 sosok Kurawa tersebut antara lain 1. Duryodana (Suyodana); 2.Dursasana (Duhsasana); 3. Abaswa; 4. Adityaketu; 5. Alobha; 6. Anadhresya (Hanyadresya); 7. Anudhara (Hanudhara); 8. Anuradha; 9. Anuwinda (Anuwenda); 10. Aparajita; 11. Aswaketu; 12. Bahwasi (Balaki); 13. Balawardana; 14. Bhagadatta (Bogadenta); 15.Bima; 16. Bimabala; 17. Bimadewa; 18.Bimarata (Bimaratha); 19. Carucitra; 20. Citradharma; 21. Citrakala; 22. Citraksa; 23. Citrakunda; 24. Citralaksya; 25. Citrangga; 26. Citrasanda; 27. Citrasraya; 28. Citrawarman; 29. Dharpasandha; 30. Dhreksetra; 31. Dirgaroma; 32. Dirghabahu; 33. Dirghacitra; 34. Dredhahasta; 35. Dredhawarman; 36. Dredhayuda; 37. Dretapara; 38. Duhpradharsana; 39. Duhsa; 40. Duhsah; 41. Durbalaki; 42. Durbharata; 43. Durdharsa; 44. Durmada; 45. Durmarsana; 46. Durmukha; 47. Durwimocana; 48. Duskarna; 49. Dusparajaya; 50. Duspramana; 51. Hayabahu; 52. Jalasandha; 53. Jarasanda; 54. Jayawikata; 55. Kanakadhwaja; 56. Kanakayu; 57.Karna; 58. Kawacin; 59. Krat; 60. Kundabhedi; 61. Kundadhara; 62. Mahabahu; 63. Mahacitra; 64. Nandaka; 65. Pandikunda; 66. Prabhata; 67; Pramathi; 68. Rodrakarma (Rudrakarman); 69. Sala; 70. Sama; 71. Satwa; 72. Satyasanda; 73. Senani; 74. Sokarti; 75. Subahu; 76; Sudatra; 77. Suddha (Korawa); 78. Sugrama; 79. Suhasta; 80. Sukasananda; 81. Sulokacitra; 82. Surasakti; 83. Tandasraya; 84. Ugra; 85. Ugrasena; 86. Ugrasrayi; 87. Ugrayudha; 88. Upacitra; 89. Upanandaka; 90. Urnanaba; 91. Wedha; 92. Wicitrihatana; 93.Wikala; 94. Wikatanana; 95. Winda; 96. Wirabahu; 97. Wirada; 98. Wisakti; 99. Wiwitsu (Yuyutsu); dan 100. Wyudoru (Wiyudarus).

Sejatinya, filosofi sosok Pandawa Lima dan Kurawa yang sangat berlawanan itu bukan hanya cerita semata. Semua itu ada dalam tubuh setiap manusia.

Filosofi Pandawa Lima dalam tubuh setiap manusia yakni

1. Yudhistira (Lokasi perumpamaan Yudhistira di tubuh manusia adalah di OTAK)
Yudhistira merupakan saudara Pandawa yang paling tua dan penjelmaan dewa Yama. Sifatnya sangat bijaksana, memiliki moral yang sangat tinggi, suka memaafkan dan mengampuni musuh yang sudah menyerah.

FILOSOFI: Jika manusia ingin mulia dalam hidupnya, maka pergunakanlah otak secara bijaksana dan tidak mengumbar ambisi untuk meraihnya, melainkan mengutamakan strategi untuk meraih kemuliaan hidup di dunia.

2. Bima/Sena/Werkudara (Lokasi perumpamaan Bima/Sena/Werkudara di tubuh manusia adalah pada MATA)

Bima merupakan putra kedua yang merupakan penjelmaan dari dewa Bayu sehingga sering dijuluki Bayusutha. Tubuhnya tinggi, dan berwajah paling sangar diantara saudara-saudaranya. Meskipun demikian, ia memiliki hati yang baik. Lantaran kekuatannya, Bima sangat ditakuti oleh sosok Kurawa dan musuh-musuhnya.

FILOSOFI: Satu hal yang membuat manusia ditakuti adalah matanya. Ketika manusia marah dan matanya melotot, maka orang lain pun akan sedikit gemetar melihat sorot matanya.

3. Arjuna/Janaka (Lokasi perumpamaan Arjuna/Janaka di tubuh manusia adalah pada HATI KECIL/HATI NURANI)

Arjuna merupakan penjelmaan dewa Indra yang juga dewa perang. Sifat utama dari Arjuna adalah sering bertapa, mendekatkan diri pada Sang Pencipta dan tidak pernah berbohong.

FILOSOFI: Kegemarannya bertapa membuat Arjuna sangat dekat dengan SANG PENCIPTA. Manusia yang sering mendengarkan hati kecilnya (nurani) maka ia cenderung memiliki keinginan mendekatkan diri pada GUSTI ALLAH. 

4-5 Nakula dan Sadewa (Lokasi perumpaan Nakula dan Sadewa di tubuh manusia adalah pada BUAH PELER KEMALUAN yang kembar).

Baik Nakula dan Sadewa adalah penjelmaan dewa Aswin yang merupakan dewa pengobatan. Keduanya memiliki sifat bijaksana dan senang melayani.

FILOSOFI: Manusia hendaknya bijaksana dalam menggunakan alat kelaminnya (tidak gonta-ganti pasangan). Dan memiliki kesetiaan untuk melayani pasangan hidupnya. 

Itulah sanepan/perumpaan lokasi Pandawa Lima di tubuh anak Adam. Lha terus dimanakah sanepan atau perumpamaan untuk Kurawa di tubuh manusia?

Sanepan/perumpamaan dan filosofi seratus sosok Kurawa itu ternyata berlokasi di hati besar manusia. Seperti telah dijelaskan sebelumnya, manusia itu memiliki 2 hati yaitu hati besar dan kecil (hati nurani). Kedua hati itu memiliki kecenderungan yang sangat bertolak belakang. Hati besar senantiasa dipenuhi dengan sifat buruk, iri, dengki, ambisi, nafsu berbuat kejahatan dll. Sementara hati nurani cenderung mengajak untuk berbuat kebajikan, suka perdamaian, manembah pada GUSTI ALLAH dan menolong sesama.

Setiap hari dalam kehidupan sehari-hari di tubuh manusia, hati besar dan hati kecil (nurani) senantiasa berperang. Hati besar (yang dikuasai 100 sosok Kurawa yang penuh hawa nafsu itu) berperang melawan hati nurani (yang hanya terdapat Arjuna saja). Pertanyaannya, Bagaimana seorang Arjuna dapat mengalahkan 100 sosok Kurawa? Hal itulah yang membuat manusia cenderung untuk lebih mendengarkan hati besarnya daripada hati kecil (nuraninya). Namun satu hal yang perlu dicatat, meskipun hanya seorang diri dimana Arjuna harus melawan 100 sosok Kurawa, namun Arjuna bisa meraih kemenangan. Caranya, semuanya tergantung manusia itu sendiri untuk lebih mendengarkan suara 'Arjuna' di hati kecil (nurani) dan mengabaikan suara hati besar.
 

Hukum Karma, Ngunduh Wohing Pakarti

Hidup di dunia ini sama juga dengan hidup bermasyarakat. Hidup bermasyarakat itu diatur oleh aturan-aturan yang sudah ditetapkan dan tertulis, maupun aturan yang tidak tertulis. Aturan yang ditetapkan itu contohnya seperti undang-undang yang tertulis. Begitu juga dengan agama merupakan aturan kehidupan bermasyarakat untuk menjadi lebih baik dan tenteram.

Dalam hidup di dunia ini banyak hukum yang kita kenal. Contohnya, hukum pidana, hukum perdata yang semuanya termasuk dalam hukum di pengadilan. Ada lagi hukum-hukum pernikahan, hukum adat, hukum tata negara dan lain-lainnya. Dengan kata lain, banyak hukum yang ada di sekeliling manusia. Semua hukum tersebut ditetapkan bertujuan untuk mengatur kehidupan manusia.

Dari semua hukum yang kita kenal itu, rata-rata seluruhnya bisa kita 'akali'. Maksud dari kata 'akali' tersebut adalah bisa dirubah oleh manusia yang bersangkutan. Contoh, hukum pidana, ketika seseorang dihukum 10 tahun penjara karena berbuat pidana, maka dengan duit (sogokan) maka seseorang hanya bisa dihukum hanya menjadi 2 tahun saja. Demikian juga dengan hukum-hukum lainnya semuanya bisa dinegosiasi dan dibicarakan sehingga lebih ringan dan lebih mudah.

Tapi dari sekian banyak hukum yang ada itu, ada satu hukum yang tidak bisa ditawar-tawar lagi dan pasti berlaku bagi umat manusia di dunia. Hukum itu disebut hukum karma. Hukum karma tidak bisa disogok oleh duit seperti halnya hukum-hukum lainnya. Hukum Karma adalah hak prerogatif GUSTI ALLAH pada setiap manusia yang hidup di dunia.

Orang Jawa mengenal betul kata-kata "Ngunduh Wohing Pakarti". Kata-kata itu memiliki arti yang luas. Tetapi jika disempitkan, maka arti dari kata-kata itu adalah "setiap perbuatan manusia di dunia akan menuai hasilnya".

Ada seorang teman berkata,"Lho nanti semua pembalasan itu kan akan dilakukan GUSTI ALLAH ketika manusia itu sudah mati?" Oh....tidak! pembalasan GUSTI ALLAH itu tidak akan menunggu manusia mati, baru dibalas. Di dunia ini pun GUSTI ALLAH akan membalasnya.

Contoh, jika kita sering merasa iba pada orang yang tak punya dan sering memberi makan mereka, suatu saat ketika kita tidak punya, maka GUSTI ALLAH akan membalasnya dan tiba-tiba kita diberi makan orang. Tetapi sebaliknya, jika kita suka memukul orang, maka GUSTI ALLAH akan membalasnya langsung di dunia dan tiba-tiba kita dipukul orang.

Dari hukum karma itulah, GUSTI ALLAH ingin menunjukkan pada umat manusia di dunia ini bahwa GUSTI ALLAH memiliki hukum yang seadil-adilnya yang tidak dapat disogok oleh duit dan harta kekayaan yang ada.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar