Jumat, 22 April 2011

Ramalan Jaya baya

Serat Jayabaya

Ramalan iki ora usah dipercaya. Yen percaya kuwi tegese nglangkahi takdire sing maha kuwasa. Dadi, di waca wae nanging ora usah dipercaya.

Besuk yen wis ana kreta tanpa jaran.

Tanah Jawa kalungan wesi.

Prahu mlaku ing dhuwur awang-awang.

Kali ilang kedhunge.

Pasar ilang kumandhang.

Iku tandha yen tekane jaman Jayabaya wis cedhak.

Mari kita Iqra'


KANG SEJO MELIHAT TUHAN

Bukan salah saya kalau suatu  hari  saya  ceramah  agama  di depan  sejumlah mahasiswa  Monash  yang, satu di antaranya, Islamnya menggebu. Artinya, Islam serba berbau Arab. Jenggot mesti  panjang. Ceramah mesti merujuk ayat, atau Hadis. Lauk mesti  halal  meat.  Dan,  semangat  mesti  ditujukan   buat meng-Islam-kan  orang Australia. Tanpa itu semua jelas tidak Islami.
Saya pun dicap tidak Islami. Iman saya  campur  aduk  dengan wayang.  Dus, kalau pakai kaca mata Geertz, seislam-islamnya saya, saya ini masih Hindu. Memang salah saya, sebab  ketika itu saya main ibarat: Gatutkaca itu sufi. Ia satria-pandita. Tiap saat seperti tidur, padahal berzikir  qolbi.  Jasad  di bumi,  roh  menemui  Tuhan.  Ini turu lali, mripat turu, ati tangi: mata tidur hati melek, seperti olah batin dalam dunia kaum sufi.
Biar  masih  muda,  hidup  Gatutkaca  seimbang, satu kaki di dunia satu lagi di akhirat. Mirip Nabi Daud: hari ini puasa, sehari esoknya berbuka. Dan saya pun dibabat ...

Syahadat Saridin


Waktu yang diminta oleh Saridin untuk mempersiapkan diri telah dipenuhi. Dan kini ia harus membuktikan diri. Semua santri, tentu saja juga Sunan Kudus, berkumpul di halaman masjid.
Dalam hati para santri sebenarnya Saridin setengah diremehkan. Tapi setengah yang lain memendam kekhawatiran dan rasa penasaran jangan-jangan Saridin ternyata memang hebat.
Sebenarnya soalnya di sekitar suara, kefasihan dan kemampuan berlagu. Kaum santri berlomba-lomba melaksanakan anjuran Allah, Zayyinul Qur'an ana biashwatikum - hiasilah Qur'an dengan suaramu.  Membaca syahadat pun mesti seindah mungkin.
Di pesantren Sunan Kudus, hal ini termasuk diprioritaskan. Soalnya, ini manusia Jawa Tengah: lidah mereka Jawa medhok dan susah dibongkar. Kalau orang Jawa Timur lebih luwes. Terutama orang Madura atau Bugis, kalau menyesuaikan diri dengan lafal Qur'an, lidah mereka lincah banget.
Lha, siapa tahu Saridin ini malah melagukan syahadat dengan laras slendro atau pelog Jawa.

Untuk direnungkan


Dua Keinginan


Di keheningan malam, Sang Maut turun dari hadirat Tuhan menuju ke bumi. Ia terbang melayang-layang di atas sebuah kota dan mengamati seluruh penghuni dengan tatapan matanya. Ia menyaksikan jiwa-jiwa yang melayang-layang dengan sayap-sayap mereka, dan orang-orang yang terlena di dalam kekuasaan sang lelap.
Ketika rembulan tersungkur kaki langit, dan kota itu berubah warna menjadi hitam legam, Sang Maut berjalan dengan langkah tenang di tengah pemukiman -- berhati-hati tidak menyentuh apapun -- sampai tiba di sebuah istana. Dia masuk dan tak seorang pun kuasa menghalangi. Dia tegak di sisi sebuah ranjang dan menyentuh pelupuk matanya, dan orang yang tidur itu bangun dengan ketakutan.

Atraksi Anak Wayang Krido Budoyo

Tari Treel
Mengulum Api
Pada setiap penampilan pada acara hajatan maupun acara-acara lain, para anak wayang Paguyupan Seni Kuda Lumping Campur Sari "KRIDO BUDOYO" menampilkan atraksi-atraksi yang membuat penonton tertegun dan tak mengedipkan kelopak mata. Ada saatnya penonton dibuat tertawa oleh ulah para penari yang melucu. Di saat yang lain penonton tambah merangsek maju karena penasaran yang luar biasa. Arena pertujukan yang semula luas makin sempit karena bertambahnya penonton. Pagelaran dimulai pada jam 10.00 wib pagi, biasanya masih sepi penonton, masih beberapa saja. Namun makin sore makin ramai, apalagi atraksi ndadi makin seru. tidak hanya para pemain yang kesurupan, banyak diantara penonton ikut kesurupan yang membuat para Bopo Gambuh kewalahan.
Gambuh menyembuhkan penonton